Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia

Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia

Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia – Konferensi Asia-Afrika diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 hingga 24 April 1955. Gerakan non-blok yang pertama ini menjadi peristiwa yang sangat penting dalam sejarah orang asing Indonesia berlatih .  Peristiwa itu terjadi di rumah Merdeka. Gedung tersebut kini digunakan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika yang terletak di Jalan Asia Afrika Bandung, Jawa Barat.

 

Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia

Mengenal Peran Museum Konferensi Asia Afrika bagi Dunia

 

weaverhallmuseum – Sebelum menjadi Gedung Merdeka, gedung ini dibangun sebagai tempat berkumpulnya elite Eropa yang disebut Societeit Concordia. Terletak di persimpangan Jalan Braga dan Jalan Asia Afrika, gedung ini didirikan pada tanggal 29 Juni 1879.

Tujuan dari dibangunnya gedung ini adalah “de bevorging van gezellig verkeerandquot;. Artinya untuk meningkatkan hubungan Eropa di Bandung. Rombongan orang .kota eksklusif ini menggunakan bangunan dengan luas lebih dari 7983 kaki persegi

 

Tempat ini merupakan bangunan biasa, sebagian dindingnya berupa papan dan digunakan lentera minyak tanah untuk penerangan. Bangunan ini adalah “Groote Postwegandquot; (Jalan Raya Asia-Afrika) dan “Bragawegandquot; (jalan Braga). Di sebelah kanan bangunan terdapat Tjikapoendoeng (Cikapundung), kawasan sungai menyegarkan yang ditumbuhi pepohonan rindang.

 

Societeit Concordia berfungsi sebagai ruang dansa, ruang hiburan dan tempat berkumpulnya sosialita kaya di Bandung dan sekitarnya. Pengunjungnya antara lain pemilik atau pekerja perkebunan, pegawai negeri sipil, dan saudagar kaya. Pada akhir pekan, gedung ini dipenuhi orang-orang yang menikmati pertunjukan seni, dansa ballroom, dan makan malam.

 

Kemudian pada tahun 1926, Van Galen dan C.P. merombak bangunan dengan gaya art deco. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah arsitek ternama dan profesor di Technische Hogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung). Bangunan seluas 7.500 meter persegi ini berlantai marmer Italia, menggunakan kayu Cikenhout di dalam ruangan, dan lampu kristal menghiasi langit-langit.

 

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, gedung ini berganti nama menjadi Dai Toa Kaman dan merupakan pusat kebudayaan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, gedung ini digunakan sebagai markas pejuang kemerdekaan Indonesia melawan pasukan Jepang.

 

Pada tahun 1954, Bandung ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika, dan Gedung Concordia dipilih sebagai tempat diadakannya konferensi internasional tersebut. Saat itu, gedung ini merupakan pendopo terbesar dan termegah di Bandung. Tempatnya strategis dekat Savoy Homann Hotel dan Preanger Hotel di pusat kota.

 

Awal tahun 1955, gedung ini direnovasi oleh IR untuk memenuhi kebutuhan konferensi internasional. R. Srigati Santoso dan menamainya Gedung Merdeka. Gedung tersebut kini digunakan sebagai Museum Konferensi Asia Afrika.

 

Konferensi Asia Afrika menjadi pedoman dan motivasi utama politik luar negeri Indonesia dan negara-negara Asia Afrika. Kedua benua sepakat untuk meningkatkan kerja sama antar negara untuk bersama-sama mengaktifkan dan mengevaluasi peran dan pengaruhnya dalam kerja sama internasional serta menciptakan kesadaran untuk memotivasi generasi muda.

 

Oleh karena itu, peran penting Konferensi Asia-Afrika beserta hasil dan implikasinya terhadap perdamaian dunia akan selamanya dilestarikan di Museum Konferensi Asia-Afrika.

 

 

Baca Juga : Memahami Tentang Jurusan Psikologi 

 

 

Pembukaan Museum Konferensi Asia Afrika.

Mereka sering bertanya tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung yang menjadi lokasi Konferensi Asia Afrika. Percakapan seringkali berakhir dengan keinginan mengunjungi Bandung dan Gedung Merdeka.

 

Terinspirasi oleh keinginan tersebut, Mochtar kemudian membahas inisiatifnya untuk membuat Museum Konferensi Asia Afrika. Pemikiran tersebut disampaikan dalam rapat Panitia HUT ke-25 Konferensi Asia Afrika tahun 1980, dimana hadir Direktur Jenderal Kebudayaan Profesor Haryati Soebadio sebagai perwakilan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

 

Museum Konferensi Asia Asia-Afrika diprakarsai oleh CEO 25th Anniversary Joop Ave bekerja sama dengan Dinas Penerangan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Desain teknis dan implementasinya dilakukan oleh PT Decenta Bandung.

 

Museum Konferensi Asia Afrika diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 April 1980 sebagai puncak peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengembalikan kewenangan museum kepada Departemen Luar Negeri pada tanggal 18 Juni 1986 dengan surat keputusan bersama Menteri Luar Negeri No. 62/OR/VI/86/01 dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Budaya No. : 0419a/U/1986.

 

Museum Konferensi Asia Afrika

 

 

Fasilitas Museum Konferensi Asia-Afrika

Ruang Pameran Tetap
Museum Konferensi Asia-Afrika mempunyai pameran tetap yang menampilkan artefak dan foto dokumenter dari pertemuan Tugu, Konferensi Kolombo, dan Konferensi Asia-Afrika 1955. Pameran tersebut juga menampilkan:

 

peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Dampak Konferensi Asia Afrika terhadap Dunia Internasional.
Gedung Merdeka dari masa ke masa. Profil 4.444 negara peserta Konferensi Asia Afrika dipublikasikan dalam bentuk multimedia.
Skema Pembukaan Konferensi Asia Afrika Tahun 1955.

Perpustakaan
Pada tahun 1985, Abdullah Kamil (Duta Besar RI di London) mencetuskan ide untuk membuat perpustakaan untuk menunjang kegiatan Museum Konferensi Asia Afrika . . Perpustakaan ini memiliki banyak buku tentang sejarah, sosial, politik dan budaya negara-negara Asia dan Afrika.

Perpustakaan ini juga mempunyai brosur dan pra-pertemuan, majalah dan surat kabar yang disumbangkan atau dibeli oleh lembaga lain.

 

Audio visual
Ketika perpustakaan didirikan, juga dibangun ruang audio visual. Ruangan tersebut menampilkan film dokumenter tentang kondisi dunia hingga tahun 1950-an, Konferensi Asia-Afrika, konferensi-konferensi sebelumnya, dan film tentang budaya negara-negara peserta.

 

Penelitian dan Tindakan
Museum Konferensi Asia Afrika meningkatkan kajian negara-negara Asia Afrika dan negara-negara lain. Museum ini juga membantu para sarjana dan mahasiswa untuk melakukan penelitian mengenai subjek dalam dan luar negeri.

Museum Konferensi Asia-Afrika menawarkan berbagai kegiatan antara lain:

tur berpemandu. Panduan disediakan bagi pengunjung baik untuk tur resmi pemerintah maupun tur kelompok/umum.

mengubah eksposur. Museum Konferensi Asia-Afrika memiliki pameran yang dirancang untuk mengedukasi masyarakat tentang implementasi politik luar negeri dan sejarah diplomasi Indonesia.

 

Pameran temporer ini juga akan berlangsung di luar Museum Konferensi Asia Afrika.

komunitas. Di dalam Museum Konferensi Asia Afrika terdapat komunitas masyarakat yang dibentuk atau didukung oleh museum. Berbagai komunitas komunitas ini lahir dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang sejarah, politik internasional, visi nasional, mempertimbangkan masa depan politik luar negeri Indonesia, diplomasi publik, dan diplomasi warga negara.

Kegiatan yang diselenggarakan bekerjasama dengan komunitas antara lain: diskusi buku, diskusi film, berbagai festival, klub budaya, pameran, dll.

Peran penting Museum Konferensi Asia Afrika memberikan dampak positif bagi dunia politik luar negeri Indonesia. Hingga saat ini, peristiwa bersejarah tersebut dapat disaksikan di berbagai ruangan Museum Konferensi Asia Afrika.